Pasar Papringan: Menikmati Jajanan Lawas di Tengah Rimbunnya Kebun Bambu

Sudah sejak lama sebenarnya punya rencana untuk berkunjung ke Pasar Papringan Ngadiprono ini. Mungkin sejak banyak berseliwerannya foto tentang Pasar Papringan di media sosial terutama Instagram. Kalau dilihat dari foto-fotonya, semua orang pasti akan tertarik untuk mengunjunginya. Menikmati kuliner khas tradisional di tengah kebun bambu yang anginnya sangat semilir. Sangat sejuk dan tenang pastinya. 




Namun sayangnya, karena lokasinya yang lumayan jauh dari Jogja, rencananya untuk berkunjung selalu tertunda. Kalau pun kebetulan lewat Temanggung buat pulang kampung, ternyata bukan hari yang pas. Sebagai informasi saja, Pasar Papringan hanya buka setiap hari Minggu Wage dan Pon. Jadi pastikan dulu harinya sebelum berkunjung ke Pasar Papringan. 




Pasar Papringan sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan bisa dibilang sebagai pelopor pasar sejenis yang ada di Jawa Tengah dan Jogja seperti Pasar Lembah Merapi yang berlokasi di Kecamatan Dukun, Magelang atau Pasar Kebon Empring di Kecamatan Piyungan, Bantul. Selama pandemi hampir 2 tahun, Pasar Papringan juga ikut hiatus. Setelah kondisi membaik, pasar ini kembali dibuka. 


Lokasi Pasar Papringan mudah dijangkau baik menggunakan sepeda motor atau mobil. Hanya saja ketika mulai memasuki jalan dusun, ruas jalan mulai menyempit dan berganti dari aspal ke jalan cor. Mobil harus berhati-hati saat bersimpangan. Tapi tenang saja, warga sekitar sudah bersiaga mengatur lalu lintas arus kendaraan yang datang maupun pergi. 

Sebelum memasuki areal parkir, semua kendaraan harus membayar parkir terlebih dahulu. Biayanya Rp3.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil. Dari areal parkir yang berlokasi di halaman rumah warga kita masih harus berjalan sedikit lagi untuk bisa sampai ke area kebun bambu yang dijadikan sebagai lokasi pasar. 




Alat pembayaran yang berlaku di Pasar Papringan adalah pring. Jadi kita harus menukarkan uang kita terlebih dahulu. 1 pring nilanya sama dengan Rp2.000. Oh iya, pring yang sisa tidak dapat diuangkan kembali. Ada baiknya pikir-pikir dulu mau tukar seberapa banyak. 





Memasuki area Pasar Papringan kita akan disambut suara gamelan yang terdengar sangat syahdu yang berpadu dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi. Para pemainnya cukup terlihat sangat niat dengan seragam baju tradisional Jawa. Begitupun dengan semua pedagang yang mengenakan baju yang seragam. Ini salah satu yang membedakan dengan pasar sejenis yang saya sebut tadi. Pengelola Pasar Papringan terlihat sangat total dalam pengelolaan. 






Ada puluhan pedagang yang menjajakan makanan dengan menggunakan meja bambu. Saking banyaknya jajanan yang ada, malah jadi bingung harus beli yang mana. Karena semuanya tampak enak dan menggiurkan. Mulai dari camilan sampai makanan berat. Semua jajanan yang dijual merupakan jajanan tradisional yang sudah jarang ditemui.

Pasar Papringan ini terbebas dari sampah plastik. Semua makanan dibungkus dengan menggunakan daun pisang. Jika ingin membawa makanan dalam jumlah yang banyak untuk dibawa pulang, pengunjung bisa membeli keranjang bambu buatan ibu-ibu di sini. Tak cuma makanan, di sini juga ada beberapa permainan yang menggunakan bambu seperti enggrang, ayunan, dan jungkat-jungkit. 




Kalau ditanya apakah akan mengunjungi Pasar Papringan ini diwaktu yang akan datang? Jawabannya tentu saja iya. 

No comments:

Post a Comment