Wajib Cicipi 10 Kuliner Khas ini Kalau ke Jogja. Nomor 6 Bikin Ngiler!

Selain berkunjung ke tempat wisatanya, yang wajib dilakukan juga saat berkunjung ke satu kota tentu saja adalah mencicipi makanan khasnya. Walaupun mungkin bisa dijumpai disekitar tempat tinggal kita, tapi menikmati kuliner ditempat aslinya pasti punya sensasi tersendiri. Apalagi kalau ngomongin masalah rasa, pasti lebih otentik.

Jogja itu tidak hanya punya banyak tempat wisata yang menarik saja, kota budaya ini juga punya banyak sekali kuliner khas yang wajib untuk dicicipi. Mulai dari makanan berat sampai jajanan khas yang konon dahulu merupakan salah satu camilan favorit Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Berikut ini adalah daftar 10 kuliner khas Jogja yang wajib dicicipi:


1. Gudeg Pawon

Jogja sangat identik dengan makanan yang satu ini. Hampir disetiap sudut kota bahkan sampai masuk kampung sekalipun kita bisa dengan mudah menemukan penjual makanan yang terbuat daru nangka muda ini. Gudeg bisa dijadikan sebagai menu sarapan, makan siang, bahkan makan malam sekalipun. Kelezatan gudeg berasal dari perpaduan rasa manis daging nangkanya dan rasa pedas dari smbal krecek.

Antrian Gudeg Pawon
Dari sekian banyak penjual gudeg yang ada di Jogja, yang paling unik adalah Gudeg Pawon. Di sini pembeli bisa melihat langsung proses memasak nasi dan gudegnya langsung di pawon (dapur). Sensasi mengantri dan merasakan sedikit hawa hangat dari kayu bakar yang membara tidak bisa didapatkan ditempat lain. Warung yang terletak di Jalan Janturan UH/IV No.36 Umbulharjo, Kota Yogyakarta ini buka setiap hari mulai pukul 22.00 dan biasanya habis hanya dalam beberapa jam saja. Bahkan sebelum warungnya buka, sudah banyak orang yang mengantri.

2. Gudeg Manggar Bu Dullah

Banyak yang belum tahu bahwa konon awalnya dulu gudeg pertama kali justru dibuat dengan menggunakan kembang kelapa atau manggar. Namun karena bahan bakunya yang lebih sulit didapatkan, akhirnya gudeg nangka lah yang justru yang semakin banyak dikenal orang. Saat ini hanya ada beberapa penjual gudeg manggar yang masih bertahan terutama di daerah Bantul. Salah satunya adalah Bu Dullah.

Gudeg Manggar Bu Dullah


Bu Dullah awalnya hanya membuat gudeg manggar sebagai hantaran untuk menantu dan besannya yang berada di luar kota. Namun karena banyak yang mengatakan kalau gudegnya enak, beliau mulai membuka warung di rumahnya yang berada di Jebugan, Serayu, Bantul sejak 30 tahunan yang lalu. Gudeg yang terbuat dari manggar punya tekstur yang lebih kasar namun dengan rasa yang lebih gurih.

3. Mie Lethek Mbak Lilis

Secara penampilan, kuliner yang satu ini memang kurang menarik karena warnanya mienya yang kusam. Lethek dalam bahasa Indonesia artinya memang kotor atau kusam. Tapi dibalik warnanya yang kurang menarik tersebut ada kelezatan dan asupan gizi yang baik untuk kesehatan tubuh, terutama bagi yang sedang menjalankan diet sebagai pengganti nasi karena kadungan glikemiknya lebih rendah. Mie lethek berbahan dasar gaplek atau singkong kering dan tepung tapioka yang diproses secara tradisional dengan tenaga manusia dan bantuan sapi saat penggilingan bahan-bahannya. Mie lethek juga tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali. 

Mie Lethek Mbak Lilis

Mie lethek merupakan makanan khas dari Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Namun sekarang sudah tidak perlu jauh-jauh ke Srandakan lagi karena ditengah kota pun ada warung mie lethek yaitu Mie Lethek Mbak Lilis yang lokasinya di Jalan Sukonandi 12 tidak terlalu jauh dari Stadion Mandala Krida.

4. Mides Mbak Anik

Mides merupakan singkatan bakmi pedes. Buat yang suka makanan pedas, mides ini wajib dicoba. Mides merupakan makanan khas di daerah Pundong, Bantul dan sekitar. Bahannya sama seperti mie lethek yaitu dari singkong tapi mides punya bentuk yang mirip kwetiauw.


Mides Mbak Anik


Mides dimasak dengan beberapa bumbu dan bahan tambahan lain seperti ebi yang membuat aroma dan rasanya cukup khas. Ada 2 pilihan, mides godog dan mides goreng. 
Mides disajikan dengan tambahan mentimun dan kol mentah. Salah satu pelopor yang menjual mides adalah Mides Mbak Anik yang berada di Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Warung ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu.


5. Jadah Tempe Mbah Carik

Kaliurang menjadi salah satu tempat plesiran bagi keluarga Keraton Yogyakarta. Pada waktu itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX tidak sengaja menemukan penjual jadah tempe yang ada disekitar Kaliurang. Karena penasaran beliau mencoba dan ternyata sangat menyukai. Sejak itu beliau sering mengutus abdi dalem untuk membeli jadah tempe di Kaliurang  dan membawanya ke Keraton.

Jadah Tempe Mbah Carik


Banyak yang menyebut jadah tempe sebagai burger-nya Jogja karena cara makannya yang harus ditumpuk terlebih dahulu. Jadah  tempe terdiri dari tempe bacem dan jadah beras ketan. Perpaduan rasanya antara gurih dan manis. Kalau ke Kaliurang, jangan lupa cicipi Jadah Tempe Mbah Carik ini. 

6. Rujak Es Krim Pak Paino

Pernah coba makan rujak yang dikasih tambahan es krim? Cuma ada di Jogja seperti. Kalau baru jalan-jalan dan belajar sejarah di Puro Pakualaman, jangan lupa untuk mencicipi rujak es krim. Ada beberapa pedagang rujak es krim yang ada diseputar Pakualaman. Namun pionirnya adalah Rujak Es Krim Pak Paino yang berada di Jalan Harjowinatan persis berada di pertigaan. Pak Paino sudah mulai berjualan es krim sejak tahun 1990-an. 

Rujak Es Krim Pak Paino


Rujak es krim ini sangat cocok disantap pada siang hari saat cuaca sedang terik-teriknya. Rasa asam, manis, dan pedas yang berasal dari rujak berpadu sempurna dengan es krim atau es puter yang dingin.


7. Sate Klatak Pak Bari

Sate kambing khas dari Imogiri, Bantul ini menjadi sangat terkenal karena pernah menjadi lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra. Menikmati sate ini bisa membawa kita dalam romansa yang pernah dirasakan juga oleh Rangga dan Cinta. Lokasi Sate Klatak Pak Bari ini berada di dalam Pasar Wonokromo, Pleret, Bantul.

Sate Klatak Pak Bari


Sate klatak ini cukup unik. Tidak cuma karena bumbu yang digunakan, tetapi juga tusuk sate yang digunakan saat membakar. Jika biasanya tusuk sate dibuat dari bambu, tusuk sate klathak menggunakan jeruji besi roda sepeda motor. Oleh karena itu ukuran sate klatak cukup besar jika dibandingkan dengan sate pada umumnya. Sementara untuk bumbu, sate klatak menggunakan bumbu yang sangat sederhana. Hanya garam dan tambahan bawang merah saja. Tapi Jangan salah, rasa sate ini cukup nikmat di lidah.


8. Thiwul Ayu Mbok Sum

Jenis tanah yang berkapur di wilayah Kabupaten Gunungkidul dan sebagian daerah di Kabupaten Bantul membuat penduduknya kesulitan untuk menanam padi. Sebagai penggantinya penduduk kemudian menanam singkong yang relatif lebih mudah tumbuh dan tidak memerlukan banyak air. Oleh karena itu olahan makanan yang terbuat dari singkong menjadi makanan pokok, salah satunya adalah thiwul.

Thiwul Ayu Mbok Sum


Thiwul yang dulu selalu identik dengan makanan kampung sekarang sudah menjadi makanan kekinian dan diminati banyak orang. Salah satunya adalah dengan membuat berbagai varian rasa seperti yang ada di Thiwul Ayu Mbok Sum Mangunan ini. Selain rasa asli, di sini kita bisa mencicipi thiwul dengan rasa cokelat, vanila, atau keju. Buat yang penasaran rasa thiwul seperti apa, bisa mampir ke Thiwul Ayu Mbok Sum sekalian jalan-jalan ke Kebun Buah dan Hutan Pinus Mangunan.

9. Mangut Lele Mbah Marto

Sebagian besar dari kita mungkin banyak yang merasa jijik dengan hewan yang satu ini. Tapi pandangan ini pasti akan berubah setelah mencicipi Mangut Lele Mbah Marto yang sudah melegenda sejak tahun 1970-an ini. Dengan bumbu rahasianya, Mbah Marto menyulap lele menjadi makanan yang lezat.


Mangut Lele Mbah Marto


Yang unik, saat berada di sini kita seperti sedang berada di rumah simbah sendiri. Semua pembeli harus masuk ke dapur untuk mengambil makanan yang ingin dinikmati. Karena selain mangut lele masih ada beberapa menu lain seperti gudeg. Dapurnya pun sangat khas rumah-rumah kampung jaman dulu yang masih menggunakan kayu bakar sebagai sumber api. Mangut Lele Mbah Marto terletak tidak jauh dari Kampus ISI Yogyakarta tepatnya di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul.

10. Sate Ratu

Sate dengan bumbu kecap atau bumbu kacang sepertinya sudah biasa ya. Bagaimana kalau coba cicipi kelezatan sate dengan bumbu merah di Sate Ratu ini. Bumbu yang digunakan di Sate Ratu adalah bumbu racikan cabe merah yang terinspirasi dari sate yang ada di Lombok tanpa taburan bumbu macam-macam. Daging ayam dalam setiap tusuknya cukup besar namun tetap empuk.


Sate merah


Walaupun masih terbilang baru, tapi kelezatan Sate Ratu sudah dicicipi orang dari 67 negara. Penasaran seperti apa kelezatan sate yang sangat terkenal dikalangan para bule ini? Langsung saja ke Jogja Paradise Foodcourt yang ada di Jalan Magelang tepat di depan The Rich Hotel Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment