Bandara & Stasiun - Hiburan Gratis Untuk Anak

Dijaman yang serba komersil sekarang ini sepertinya susah untuk yang namanya mencari hiburan yang gratis atau cuma sekedar tempat untuk bersantai dan menikmati waktu. Kita sudah terpola seakan-akan untuk mendapatkan kesenangan itu kita harus membayarnya dengan uang, tidak ada yang bisa kita dapatkan secara cuma-cuma. 


Uang sudah menguasai segalanya. Pembangunan pusat-pusat perbelanjaan berlomba-lomba dibangun. Lahan-lahan pertanian disulap jadi hutan beton. Apakah dengan semakin banyaknya mall berarti kota itu semakin maju dan rakyatnya sejahtera?



Hal itu justru mengajarkan masyarakat dengan budaya konsumerisme. Taman-taman kota yang seharusnya dibangun tidak pernah ada satupun yang terwujud. Taman kota sebenarnya bisa menjadi salah satu alternatif untuk berwisata bagi masyarakat. Tempat untuk berinteraksi sesama warga. Selain itu taman juga bisa menjadi paru-paru kota.


Tapi bahagia itu memang sederhana. Ada bahagia yang tidak perlu kita dapatkan tanpa membayaranya dengan uang, terutama untuk anak-anak. Mereka memang seharusnya mendapatkan lebih banyak hiburan. 


Seperti biasanya sore ini sehabis pulang kerja, saya selalu menyempatkan diri untuk bersepeda keliling kota sebelum pulang ke rumah. Kawasan yang hampir saya lewati setiap sore adalah Tugu dan Malioboro. Saat melewati Stasiun Tugu saya melihat banyak orang tua yang membawa anak-anak mereka duduk didekat pinggiran rel. Saya kemudian berhenti dan ikut duduk dekat mereka. 


Saat tanda sirine berbunyi yang menandakan akan ada kereta yang lewat, anak-anak itu bersorak kegirangan dan minta digendong orang tuanya. Beberapa dari mereka bahkan memanjat  pagar pembatas rel. Wajah mereka begitu bahagia menanti kedatangan kereta. Mereka melihat kanan kiri dan menebak dari arah mana kereta itu akan lewat.

Displaying photo.jpg 


Kalau lihat pemandangan ini, saya jadi ingat masa kecil dulu. Saya yang tinggal di desa  dan jarang melihat kereta api. Rel kereta api hanya melewati ibu kota kabupaten saja. Jarak dari rumahku ke stasiun sekitar 30 menit. Ayah sering mengajak saya pergi ke kota di hari Minggu untuk menonton di bioskop. Kebetulan bioskopnya terletak hanya sekitar 50an meter dari stasiun dan berada disebrang rel kereta api. Nama bioskopnya adalah Mustika. Bioskop yang sangat berjaya pada tahun 90an di kota Batang Jawa Tengah.


Sebelum film mulai diputar. Kita biasanya makan bakso dulu di pinggir rel kereta api. Saat ada suara sirine tanda kereta mau lewat. Saya berlari kearah tembok pembatas untuk menanti kedatangan kereta api. Ini adalah pemandangan yang sangat langka buat saya. Saat kereta api itu melintas saya bisa tersenyum bahagia. Sesuatu yang sesederhana itu bisa membuat seorang anak gembira. Besok paginya saya akan bercerita kepada teman-teman sekolah dengan rasa bangga.



Tapi ada satu kejadian yang sangat lucu, saat makan bakso dan ada kereta yang lewat. seperti biasanya saya berlari untuk menunggu keretanya. Nah pada saat itu bapak penjual bakso membersihkan meja dan mengambil mangkok bakso saya. Karena dia pikir saya sudah selesai makan baksonya. Pada saat saya kembali dan melihat keadaan meja yang sudah bersih, saya langsung menangisi bakso itu.


Displaying photo.jpg

Displaying photo.jpg
Didekat stasiun lempuyangan sore hari

Selain di Stasiun Tugu banyak juga orang tua yang mengajak mereka datang ke bawah jembatan layang di dekat Stasiun Lempuyangan. Suasana di sini lebih rame. Banyak yang jualan makanan dan mainan anak-anak. Sepertinya penjual mainan ini pintar untuk memanfaatkan keadaan karena banyak anak yang datang setiap sore. Bahkan tukang parkirpun ada disini karena saking banyaknya pengunjung yang datang.


Displaying photo.jpg
Kereta lewat distasiun Tugu


Bandara juga bisa menjadi salah satu alternatif bagi orang tua untuk mendapatkan hiburan gratis untuk anak mereka. Saya ingat sepupu saya yang masih SD berwisata ke bandara dengan seluruh teman-teman sekelasnya beberapa bulan lalu. Melihat si burung besi terbang dan mendarat adalah sesuatu yang langka untuk sebagian orang yang kurang beruntung. 


Tidak semua orang di Indonesia bisa naik pesawat terbang. Sepertinya pesawat terbang itu hanya untuk orang-orang kaya saja. Saya pertama kali naik pesawat pada umur 25 tahun dan sampai sekarang baru 8 kali naik pesawat.



Bandara Adi Sutjipto yang letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota membuat bandara ini mudah dijangkau. Setiap sore banyak orang tua yang mengajak anaknya untuk datang melihat pesawat dari pinggir-pinggir sawah yang ada di sekitar bandara. Sama seperti saat melihat kereta yang lewat, anak-anak itu sangat bahagia saat melihat pesawat mulai terbang.



Berbahagialah kalian yang sudah terlahir dari keluarga yang berada dan bisa mendapatkan kebahagiaannya dengan mudah. Jangan pernah sekali sekali mengeluh tentang apa yang kalian punya. Bagi kalian yang kurang beruntung, yakinlah bahwa kebahagiaan itu kadang bisa kita dapatkan dengan cara yang sederhana.


Karena memang bahagia itu sederhana.


No comments:

Post a Comment