Gunung Merapi: Pengalaman Mendaki Gunung (Beneran) Untuk Pertama Kali

Photo taken by Syaiful Syukri
Akhirnya pada hari sabtu (11/10) yang lalu, saya berkesempatan untuk mendaki gunung beneran. Sebelumnya sih cuma mendaki yg katanya gunung tapi tidak terlalu tinggi. Kesempatan ini bermula ketika Herman, pacar teman sekantor saya bilang dia mau muncak ke Gunung Merapi bareng anak-anak Kaskus. Langsung aja deh saya bilang mau ikutan gabung juga, soalnya udah beberapa berencana ikut mendaki tapi selalu gagal karena beberapa hal. Nggak nyia-nyiain kesempatan ini.

Salam dari Merapi


Kami berangkat dari Jogja bersepuluh orang dengan menggunakan sepeda motor sekitar jam 8 malam melewati jalur Muntilan - Ketep - Selo. Sempat ada sedikit gangguan sewaktu di perjalanan. Ada salah motor dari kita yang ternyata ban nya bocor di sekitar wilayah setelah Ketep. Karena mungkin sudah cukup malam dan sudah tidak ada lagi tukang tambal ban yg buka, akhirnya kita menyapakati untuk menitipkan motor tersebut dirumah penduduk. Untungnya ada beberapa kita yang membawa motor sendiri, jadi yang ban nya bocor masih bisa bonceng.


Setelah perjalanan hampir 2 jam, akhirnya sampai juga di Selo yang merupakan Pos pertama buat para pendaki yang akan muncak ke Merapi. Cukup terlihat sangat ramai malam itu, mungkin karena lagi malam juga. Jadi banyak barengannya pas mau naik ke puncak.
Suasana puncak Merapi dan Pasar Bubrah Malam hari
Setelah beristirahat sejenak dan pemanasan di New Selo. Akhirnya pada pukul 22.30 kita memulai perjalanan ke puncak. Dan benar sekali, perjalanan cukup padat. Karena sudah malam, dengan headlamp yang menempel di kepala saya tidak terlalu mampu untuk melihat keadaan sekitar. Baru tau waktu pulang kalau ternyata jalanannya berdebu parah. Beruntungnya saya selalu bawa masker.

Gunung Merbabu tampak dari Pasar Bubrah
Keuntungan lain mendaki saat malam hari untuk pendaki amatiran seperti saya ini adalah tidak mematahkan semangat. Bisa kebayang kalau naik ke puncaknya pada waktu siang hari dan melihat jalur pendakian yang cukup curam bahkan dibeberapa tempat kemiringan cukup tajam yang mungkin saja bisa mematahkan semangat. Untung saja malam hari tidak terlalu terlihat.

Merbabu ada di Belakangku
Membutuhkan waktu sekitar 5 jam untuk mencapai Pasar Bubrah karena diselingi beberapa kali istirahat. Bersyukur sekali karena sering bersepeda, nafas saya masih cukup kuat bertahan untuk jalan kaki yang cukup panjang. Pasar Bubrah sendiri merupakan sebuah dataran yang berada di bawah persis puncak Merapi. Tempat ini ternyata sudah dipenuhi tenda dari para pendaki.


Karena waktu sampai di Pasar Bubrah sudah cukup mendekati pagi, beberapa dari kami memutuskan untuk tidak tidur dan menanti sunrise. Begitu juga saya, saya lebih belajar memotret pada malam sama Syaiful. Teman baru yang sama-sama berangkat dari Jogja.

Mungkin saya kurang beruntung pada pendakian pertama kali ini, sunrise yang saya tunggu-tunggu ternyata tidak tampak terlalu indah karena tertutup awan. Tapi saya masih dapat merasakan kepuasan dengan melihat gagahnya Gunung Merapi yang berdiri kokoh sangat dekat dihadapan saya. Biasanya saya melihat gunung ini hanya dari kejauhan, dan sekarang ini puncak gunung ini hanya beberapa jengkal di hadapan saya. Sempat terpikir juga bahwa gunung yang sangat gagah itu bisa terlihat sangat berbahaya saat mengeluarkan lava dan wedhus gembelnya.

Tidak ada perasaan kapok untuk mendaki gunung lagi walaupun rasa capek dengan kaki yang bergemetar menyertai perjalanan ke puncak. Tapi keindahan pemandangan dari puncak bisa menggantikan semua kelelahan itu.Jadi pengen naik gunung lagi pokoknya. :p


3 comments:

  1. belum pernah ndaki gunung merapi..
    hihihi..jadi pengen ndaki juga :D

    ReplyDelete
  2. terakhir mendaki merapi th 2010 sebelum erupsi, belum tahu keadaan merapi yang sekarang

    ReplyDelete