Tugu Pal Putih, Landmark Kota Jogja














Setiap kota pasti punya landmark yang  menjadi ciri khas atau tempat yang wajib dikunjungi. Walau hanya sekedar tempat untuk berfoto, banyak yang bilang kalau belum berfoto berarti belum dianggap datang ke kota itu.

Seperti halnya jakarta yang punya Tugu Monas (Monumen Nasional) atau Semarang yang punya Tugu Muda, Jogja juga punya Tugu yang menjadi Landmark kota ini. Orang biasa menyebutnya Tugu Pal Putih, karena memang warnanya putih.

Tugu ini terletak di perempatan jalan protokol di kota Jogja. Yaitu Jalan AM Sangaji di Utara, Jalan Mangkubumi di selatan, Jalan Jendral Sudirman di timur dan Jalan Diponegoro di barat. 

Pada libur kerja minggu ini, seperti biasanya saya berkeliling kota dengan bersepeda. Tujuan kali ini adalah Tugu. Berangkat dari rumah di jalan kaliurang KM 7. Jalan berangkat ke kota cukup enak karena jalanan yang menurun. Tidak terlalu banyak mengeluarkan energi untuk mengayuh pedal. Rute yang dilalui juga cukup gampang, lurus terus dari jalan kaliurang melewati kawasan kampus UGM kemudian jalan Simanjuntak mentok sampai lampu merah pertigaan jalan Sudirman. Setelah itu belok kanan melewati jembatan Gondolayu. Letaknya hanya sekitar 200 meter dari jembatan tersebut.

Ada tempat parkir sepeda yang disediakan ditrotoar dekat Tugu, tapi sayang sepeda sepertinya harus mengalah dengan motor yang parkir menutupi besi yang dirancang menjadi tempat sepeda bersandar. Memang jumlah sepeda motor di Jogja terakhir ini sudah sangat banyak, tempat parkir yang sempit membuat para tukang parkir menggusur wilayah yang seharusnya menjadi hak para pesepeda.





Setiap hari banyak orang yang datang kesini untuk berfoto. Belum ke Jogja katanya kalau belum punya foto di tempat ini. Padahal lalulintas di perempatan ini selalu ramai tiap hari. Tetapi banyak yang nekat untuk mengambil foto dari tengah jalan. Sepertinya punya foto di tempat ini lebih jauh berharga dari keselamatan jiwa mereka.

Tugu ini dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755. Dulu bentuk dan tingginya tidak seperti yang sekarang. Pada awal mulanya tugu ini berbentuk golog gilig (silinder bulat) dan tingginya mencapai 25 meter. Pada masa itu tugu ini disebut Tugu Golog gilig. Tugu ini mempunyai makna Manunggaling Kawula Gusti yang bermakna semangat persatuan antara rakyat dan penguasa untuk melawan penjajah Belanda.

Sempat hancur karena gempa besar yang mengguncang Jogja pada tahun 1867. Kemudian dibangun kembali pada tahun 1889 oleh pemerintah Belanda dibawah pengawasan keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam pembangunan kembali ini dilakukan sedikit perubahan. Tugu kembali dibangun dengan bentuk persegi dengan puncak yang tidak lagi bulat melainkan kerucut runcing. 

Tidak hanya itu saja, tingginya yang dulu 25 meter menjadi 15 meter. Tugu ini kemudian diresmikan oleh Sri sultan Hamengkubuwono VII Pada tanggal 3 oktober 1889. Setelah itu tugu ini disebut De witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Dulu setiap malam banyak orang yang berkumpul dan nongkrong-nongkrong ditempat ini. Mereka banyak yang dengan seenaknya naik dan memanjat tugu sehingga tugu menjadi kotor dan terlihat lusuh. Sekarang di tugu ini sudah dibuat pagar dan taman rumput kecil sehingga orang tidak bisa masuk dan memanjat tugu lagi. 


Saya yang sudah setahun lebih tinggal di Jogja, sampai saat ini belum punya foto dengan latar belakang tugu ini. Mungkin memang belum dianggap pernah ke Jogja.




No comments:

Post a Comment