De Tjolomadoe, Bekas Pabrik Gula yang Kini Jadi Tempat Wisata Baru

Tanggal 24 Maret 2018 lalu Presiden Republik Indonesia Jokowi baru saja meresmikan sebuah tempat wisata sekaligus pusat kebudayaan baru di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang dikenal dengan nama De Tjolomadoe. Tidak tanggung-tanggung, penyanyi dan musisi kaliber dunia seperti Anggun dan David Foster turut memeriahkan acara peresmian tersebut.



De Tjolomadoe terletak di Jalan Adi Sucipto No. 1 Malangjiwan, Colomadu, Karanganyar yang hanya berjarak sekitar 10 menit perjalanan dari Bandara Adi Sumarmo. Yang unik adalah De Tjolomadoe menempati bekas Pabrik Gula Colomadu yang sudah berhenti beroperasi sejak tahun 1998 lalu akibat krisis ekonomi. Setelah ditutup, bangunan PG Colomadu terbengkelai dan tidak terawat. Pemerintah melalui joint venture bernama PT Sinergi Colomadu yang didirikan bersama antara PT Pembangunan Perumahan, PT Jasa Marga Properti, dan PT Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko melakukan revitalisasi untuk mengubah bekas pabrik gula yang mangkrak menjadi sebuah tempat wisata baru tanpa mengubah bangunan asli dan mempertahankan kekayaan sejarahnya sebagai cagar budaya dengan melibatkan beberapa pakar di bidang sejarah, budaya, dan arsitektur.

Dibangun pada tahun 1861 oleh KGPA Mangkunegara IV

Pabrik Gula Colomadu didirikan oleh KGPA Mangkunegara IV pada 8 Desember 1861. Karena menghasilkan laba yang sangat besar, bangunan pabrik kemudian diperluas dengan pembangunan gedung baru pada tahun 1928. PG Colomadu bahkan pernah menjadi pabrik gula terbesar di Asia Tenggara. Keseluruhan bangunannya mempunyai luas sekitar 1,3 hektar dan berada pada tanah seluas 6,4 hektar.



Kemegahan bangunan dengan gaya Indies dengan atap limasan ini masih kita saksikan lengkap dengan cerobong asap yang tinggi  kokoh berdiri ditengah-tengah bangunan pabrik. Di halaman pabrik juga terdapat beberapa rumah tua yang dahulu digunakan sebagai rumah dinas administrateur PG Colomadu.

Bekas menara air dan power house


Berubah menjadi De Tjolomadoe

Kini bekas bangunan PG Colomadu ini dikenal dengan nama De Tjolomadoe. Walaupun sudah diresmikan oleh Presiden Jokowi, revitalisasi belum sepenuhnya selesai dikerjakan pada saat tulisan ini dibuat. Masih banyak pekerjaan konstruksi yang terus dilakukan dibeberapa bagian. Pengunjung masih bebas masuk tanpa dipungut biaya. Walaupun sudah berubah fungsi, nama-nama ruangan yang ada tetap dipertahankan.

Stasiun Gilingan

Stasiun Gilingan


Ruangan pertama yang akan kita lihat saat memasuki De Tjolomadoe adalah Stasiun Gilingan. Ruangan yang luasnya mencapai 2.079 meter persegi ini dahulunya digunakan sebagai tempat untuk melakukan pemerahan terhadap cacahan tebu yang baru masuk dari tempat penimbangannya. Stasiun Gilingan ini sekarang dijadikan sebagai museum. Di sini kita bisa melihat beberapa pajangan foto lama PG Colomadu sebelum revitalisasi.

PG Colomadu sebelum revitalisasi


Beberapa mesin raksasa yang dulu digunakan untuk memerah tebu tampak berada ditengah ruangan dengan letak lantai yang lebih tinggi dari lantai utamanya. Tegel lawas berwarna hitam kuning tampak mempercantik seluruh ruangan ini.

Stasiun Penguapan

Stasiun Penguapan


Melewati Stasiun Gilingan, masih dengan nuansa lantai yang sama kita akan memasuki Stasiun Penguapan. Pemandangan khas dari ruangan ini adalah tabung-tabung besar yang tampak berjajar rapi dibawah langit-langit gedung. Tempat ini dahulunya digunakan sebagai tempat untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada nira encer. Stasiun Penguapan ini nantinya akan digunakan sebagai shopping arcade atau tempat untuk berjualan berbagai jenis kerajinan tangan.

Stasiun Ketelan

Stasiun Ketelan


Stasiun Ketelan mempunyai luas 1.326 meter persegi. Di sini terdapat beberapa ketel tekanan rendah yang menghasilkan uap untuk menggerakkan mesin-mesin yang ada di PG Colomadu. Rencananya Stasiun Ketelan ini nantinya akan difungsikan sebagai restoran, exhibition, dan comunity venue.

Stasiun Karbonatasi

Stasiun Karbonatasi


Ruangan seluas 971 meter persegi ini digunakan sebagai tempat untuk memurnikan kembali gula yang telah dibuat melalui proses karbonatasi atau pengkristalan. Ruangan Stasiun Karbonatasi memang terlihat lebih kecil dibandingkan dengan ruangan lainnya. Lantainya pun hanya menggunakan semen berbeda dengan ruangan lain yang menggunakan tegel cantik. Stasiun Karbonatasi sekarang digunakan sebagai tempat penjualan berbagai souvenir seperti batik.

Besali

Bagian depan Besali


Besali berada tepat dibelakang Stasiun Karbonatasi. Besali dahulu digunakan sebagai ruang perawatan atau perbaikan berbagai suku cadang mesin pabrik. Kini tempat ini digunakan sebagai restoran, tempat pertunjukan musik, dan berbagai kegiatan seni lainnya.

Tjolomadoe Hall

Tjolomadoe Hall menemempati bangunan belakang pabrik yang dibangun pada tahun 1928. Ruangan ini luasnya mencapai 1.400 meter persegi dan dapat menampung sekitar 3.000 orang. Tjolomadoe Hall dibagi menjadi 3 bagian yaitu concert hall, art performance venue, dan convention. Ditempat ini lah Anggun dan David Foster tampil saat peresmian. Ruangan ini dahulunya merupakan tempat memasak nira kental menjadi kristal.

Untuk yang ingin belajar tentang sejarah dan cagar budaya, De Tjolomadoe ini bisa menjadi pilihan tempat yang bisa dikunjungi di Solo. Terutama untuk yang sebelumnya pernah berkunjung ke sini sebelum bangunan ini direvitalisasi seperti sekarang untuk melihat perbedaannya.










No comments:

Post a Comment