,
Mungkin agak norak kali ya kalau cerita tentang pengalaman naik pesawat terbang buat pertama kali. Pasti sudah banyak yang biasa atau bahkan ratusan kali naik pesawat terbang, tapi menurut saya setiap orang pernah mengalami sesuatu untuk pertama kalinya. 

Seperti saya sekarang ini, pertama kali naik pesawat terbang sekaligus juga untuk pertama kalinya pergi ke luar negeri. Dulu cuma bisa membayangkan gimana rasanya berada jauh di atas awan sana. Takut kalau muntah di dalam pesawat. hahaha

Sewaktu kecil setiap dengar suara pesawat terbang, saya selalu berlari keluar rumah untuk melihat ke atas langit. Ga peduli lagi makan atau nonton tv, bersama anak-anak kecil lain berlomba lari keluar rumah dan melambaikan tangan ke pesawat itu. 

Saya hidup di kampung, cukup jauh dari pusat kota. Kesempatan untuk melihat pesawat sangat langka. Apalagi disekitar sini tidak ada bandara. Bandara yang terdekat adalag Bandara Ahmad Yani di Semarang. Walaupun jauh dan terlihat sangat kecil, kami anak-anak kampung sangat menikmati pemandangan tersebut. Tapi kita tidak pernah sekalipun bermimpi untuk naik pesawat. 

Akhirnya kesempatan itu datang juga, naik pesawat terbang untuk pertama kalinya. Arghhh, rasanya kaya nggak percaya. Lebih deg-degan daripada nunggu hasil kelulusan atau nunggu bagi-bagi raport. Mungkin juga lebih dag dig dug dari pada nunggu istri lahiran. 
Ehhh.....aku si belum punya istri, jadi nggak tau gimana rasanya nungguin istri lahiran.



Kesempatan naik pesawat terbang pertama ku adalah ke Bangkok, ibukota negara Thailand.
Bangkok? rasanya kata itu sudah sangat tidak asing di kepala kita. Selain karena kita sering dengar di pelajaran Geografi, Bangkok juga sangat popular karena buah-buahan. Jambu bangkok, durian bangkok, pepaya bangkok bahkan sampai ayam pun ada yang namanya ayam bangkok. Jadi penasaran pengen liat buah tersebut ditempat aslinya.

Karena ini adalah penerbangan international, saya harus mempunyai paspor terlebih dahulu. Cukup gampang kok bikin paspor. Tidak perlu jasa calo untuk mengurusnya karena biayanya bisa 2 kali lipat. Waktu itu saya urus sendiri di kantor imigrasi Pemalang, kantor imigrasi terdekat dari tempat tinggal. Saya tinggal di wilayah kabupaten Batang , Jawa Tengah. Perjalanan dari rumah ke kantor Imigrasi Pemalang sekitar satu setengah jam mengendarai sepeda motor.


Ga terlalu banyak syarat yang harus dibawa untuk bikin paspor:

1. Yang pasti harus bawa uang, biayanya waktu itu Rp. 255.000 + Rp.13.000 untuk fotokopi, formulir, map dan sampul buat paspor (diformulirnya si sebenarnya tertulis gratis) hmmm...
2. kartu keluarga asli dan fotokopi
3. Ijazah atau akta lahir asli dan fotokopi
4. Kartu Tanda Penduduk asli dan fotokopi
oh ya selain itu nama, tempat tanggal lahir dan pekerjaan harus sama di semua kartu tersebut.
untuk informasi lebih lanjutnya bisa di lihat di www.imigrasi.go.id

 
Setelah paspor jadi, satu hal lagi yang harus kita butuhin. Yaitu tiket ke tempat tujuan. Sebaiknya beli tiket pulang pergi sekalian. Karena pasti harganya akan sedikit lebih murah. Saya menggunakan Air Asia rute Jakarta-Bangkok dan sebaliknya.



Karena saya tinggal jauh dari Jakarta, yang pasti saya harus berangkat ke Jakarta terlebih dahulu. Perjalanan kurang lebih 7 sampe 8 jam dari Pekalongan sampai di Cibitung, Bekasi menggunakan bis Sinar Jaya. Malamnya saya akan menginap dulu di tempat kakak di Cibitung. Sepertinya perjalanan ke Jakarta lebih lama ya dari perjalanan ke luar negeri itu sendiri.
Hehehe




Malam sebelum besok paginya berangkat ke bandara kurang tidur karena kepikiran besok bagaimana caranya check in sebelum naik pesawat dan harus ngapain aja. Karena kakak saya juga belum pernah naik pesawat, akhirnya buka-buka Google buat cari artikel tentang bagaimana caranya naik pesawat terbang pertama kali. Sudah cukup dapat sedikit gambaran, tapi masih tetap kepikiran kalau besok melakukan kesalaha. Pokoknya antara excited tapi ada sedikit ketakutan. Rasanya campur aduk.

Paginya harus tetap berangkat ke bandara dengan mata yang masih agak sedikit ngantuk. Cara termudah ke bandara dari Cibitung adalah dengan bis Damri. Shelter bus damri Cikarang berada di depan Plasa Jababeka. Bis berangkat setiap satu jam sekali dengan biaya Rp35.000. 

Jadwal pesawatnya memang sekitar pukul 14.00, tapi sengaja pergi ke bandara dari pagi sekali. Selain karena takut macet, tapi juga sengaja mau lihat orang-orang sebelum naik pesawat terbang itu ngapain aja. Sekalian lihat-lihat suasana bandara karena ini baru pertama kalinya menginjakan kaki di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.




Perjalanan pagi itu cukup lancar tanpa macet. Kurang lebih setelah 1 jam perjalanan sampai juga di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Terminal 3 saat ini hanya dioperasikan untuk AirAsia baik domestik ataupun internasional.



Terminal 3 adalah terminal baru dengan konsep modern dan Eco friendly. Berbeda dengan terminal 1 dan terminal 2.

Setelah itu langsung aja saya pergi ke pintu keberangkatan. Cukup dekat dari tempat kita turun dari Damri. Kita tinggal jalan sedikit bisa langsung sampai.


Sebelum masuk kita diwajibkan untuk menunjukan tiket, karena hanya orang yang ada dalam tiket tersebut yang bisa masuk. Pengantar masuk dari pintu yang berbeda. Sebelum masuk ke ruangan check in terlebih dulu kita melewati pemeriksaan X Ray. Setelah itu kita bisa langsung ke konter check in. Pilih sesuai dengan penerbangan kita. Tapi waktu itu konter penerbangan internasional hanya ada 1. Jadi semua check in dalam satu konter itu.


Yang dilakukan waktu check in adalah menunjukan paspor, tiket dan membayar airport tax sebesar Rp150.000 untuk penerbangan internasional. Setelah itu kita akan dikasih boarding pass dimana di sana tertulis no tempat duduk kita di pesawat dan di gate atau pintu berapa kita harus menunggu pesawat.



karena saya hanya membawa ransel yang beratnya kurang dari 7 KG, saya bisa membawa ransel itu ke kabin. Setelah mendapatkan boarding pass kita menuju ke ruang tunggu boarding yang berada di lantai 2.




Sebelum masuk ruangan tunggu, ada pemeriksaan paspor dari pihak Imigrasi. Kemudian juga ada pemeriksaan barang yang kedua kali dengan menggunakan X Ray. Air minum, gel dan sejenisnya akan diambil. Jadi sebaiknya hindari membawa barang-barang sejenis itu, karena nantinya akan mereka ambil juga.
Dan akhirnya masuk juga di ruang tunggu
keadaannya cukup nyaman, lantainya di lapisi karpet.


Sekarang tinggal tunggu panggilan untuk boarding. Di terminal 3 kita di sediakan bis untuk menuju pesawat karena letaknya agak jauh dari tempat pesawat parkir. Di dalam bis ini perasaan saya tambah tidak karuan, karena di sini lah detik-detik terakhir menuju mimpi yang jadi kenyataan. Pesawat itu sudah terlihat jelas di depan mata dan sebentar lagi untuk pertama kalinya dalam hidup saya naik pesawat terbang.




Tinggal tunggu pesawat take off. Perjalanan dari Jakarta ke Bangkok akan ditempuh selama kurang lebih 3 jam perjalanan. Pesawat sudah mulai terasa bergerak maju secara perlahan lahan. Dada berdegup semakin kencang. Pesawat mulai semakin bergerak cepat dan akhirnya terbang juga.

Moment itu lah yang paling mendebarkan saat pesawat mulai tidak menapakkan rodanya di tanah. Akhirnya mimpi untuk bisa naik pesawat terbang menjadi kenyataan. 3 jam di pesawat tidak bisa tidur atau istirahat sama sekali. Pikiran selau harap-harap cemas dengan apa yang akan terjadi. Berdoa setiap saat ada guncangan. Karena jujur saja sangat takut kalau ternyata pesawat terbang yang saya tumpangi mengalami kecelakaan.


Setelah terbang kurang lebih 3 jam, akhirnya mendarat juga di Bandara Suvarnabhumi Bangkok. Bandaranya sangat besar dan mewah. Jauh jika dibandingkan dengan Terminal 3 Soekarno Hatta kala itu. Sampai ke luar dari pengecekan Imigrasi masih belum terlalu yakin kalau saya sampai di Thailand. Negara yang bahasanya saja sudah berbeda jauh dari bahasa yang saya pergunakan sehari-hari.




Ini adalah salah satu moment terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya. Gak akan pernah lupa dengan kejadian ini. Semoga ada kesempatan lain untuk naik pesawat terbang dan menjelajah belahan bumi lainnya.

Untum yang belum pernah naik pesawat terbang, yakin lah suatu saat kesempatan itu pasti akan datang juga. Entah bagaimana pun caranya.