Melihat Langsung Petronas Twin Tower. Salah Satu Gedung Tertinggi di Dunia

Cerita di Kuala Lumpur tahun 2012.  Tulisan ini dibuat tahun 2014.

Saya adalah orang yang sangat random. Saya sangat mengagumi dan menikmati keindahan alam, tapi saya juga seorang pemuja teknologi. Saya sangat menyukai bangunan kuno yang bersejarah, tapi saya juga sangat menyukai bangunan dengan teknologi terbaru. Dengan kata lain sebenarnya saya adalah orang yang nggak jelas. Boleh dibilang orang yang ga punya pendirian masalah selera. 
Hehe

Malaysia lebih tepatnya Kuala Lumpur adalah negara dan kota kedua yang saya kunjungi di luar Indonesia. Datang ke negara jiran ini pada tahun 2012 lalu. Karena saya memang blogger dadakan, jadi baru sekarang ini bisa menulis tentang ceritanya. Ya sebenarnya udah agak lupa-lupa juga gimana keadaannya waktu itu.



Waktu itu hanya punya kesempatan 3 hari buat berkunjung ke Kuala Lumpur. Tujuan utama saya memang adalah melihat Menara Kembar Petronas, salah satu bangunan yang pernah menjadi gedung tertinggi di dunia.


Sebagai orang yang lahir dan besar di pelosok kampung, saya ingin melihat sendiri secara langsung salah satu gedung tertinggi di dunia itu. Terbang menggunakan AirAsia dari Semarang ke Kuala Lumpur. Ini adalah penerbangan kedua saya. Masih ada deg-degan juga. Apalagi saya dikira TKI yang akan bekerja secara ilegal di perkebunan Malaysia oleh petugas Imigrasi Bandara Ahmad Yani.

Petugasnya masih ngeyel ga percaya waktu saya bilang cuma mau jalan-jalan ke Malaysia. Duhhh pakk!!! Akhirnya saya kasih lihat tiket pesawat pulang saya, mereka baru percaya kalau saya memang cuma mau jalan-jalan selama 3 hari.

Saya berangkat sendirian dari Semarang ke Kuala Lumpur. Penerbangan kurang lebih sekitar 2 jam. Cuaca waktu itu sangat bagus. Tidak seperti penerbangan pertama saya yang diiringi hujan dan petir. 

Sebenarnya saya sudah punya janji untuk bertemu teman di LCCT (Low Cost Carier Terminal), bandara di mana AirAsia ini akan mendarat. Teman saya akan datang dari Bangkok. Kita memang punya kesepakatan untuk saling menunggu pesawat siapa yang akan datang dulu. Nah kebetulan pesawat saya yang datang lebih dulu. Jadinya saya yang harus menunggu. 


Setelah melihat-lihat jadwal kedatangan pesawat, saya melihat pengumuman bahwa pesawat AirAsia dari Bangkok tujuan Kuala Lumpur ditunda keberangkatannya karena masalah teknis. Saya pikir itu tidak akan lama. Ternyata setelah menunggu berjam-jam masih tertera pengumuman yang sama bahwa pesawat belum bisa diberangkatkan. Karena tidak ada kepastian, setelah berkomunikasi dengan teman saya melalui Whatsapp. Saya memutuskan untuk menunggu teman saya dengan tiduran didepan pintu keluar bandara karena memang saya cukup mengantuk.


Pesawat teman saya akhirnya mendarat di Kuala Lumpur sekitar pukul 02.30 pagi. Karena memang sudah tidak kendaraan umum yang menuju pusat kota. Akhirnya kita memutuskan untuk menginap di bandara sambil menunggu pagi. Pada pagi hari baru kita melanjutkan perjalanan ke pusat kota dengan bis. Tujuan pertama kita adalah mencari hotel di daerah Bukit Bintang yang memang sudah kita pesan sebelumnya. Sesampai di hotel, kita sempatkan untuk istirahat sebentar dan mandi.


Seperti tujuan saya sebelumnya, yang harus saya lihat pertama kali disini adalah Menara Kembar Petronas. Sebenarnya akses kesana cukup mudah dengan kendaraan umum. Bisa pakai bis, kereta atau monorail. Tapi kami lebih memilih untuk berjalan kaki sambil melihat lihat suasana kota. Kami tidak membawa peta dan petunjuk sama sekali. Pedoman perjalanan kita hanya dengan melihat ke langit karena memang gedung Petronas bisa terlihat sangat jelas. Selain itu kita juga mengikuti kata hati kita, jika kita rasa jalan itu memang terus mendekat kita akan terus mengikuti jalan itu. Jika semakin menjauh kita akan mencoba mencari jalan lain.



Saya harus mengakui bahwa Kuala Lumpur sangat jauh meninggalkan Jakarta dalam hal kemajuan dan ketertibannya. Memang di KL juga banyak kendaraan bermotor dan dibeberapa titik juga terjadi kemacetan. Tapi kemacetannya tidak separah yang ada di Jakarta. Sepeda motor pun sedikit saya jumpai. Untuk masalah transportasi umum sudah sangat terorganisasi dengan baik. Satu sama lainnya terkoneksi. Jadi memudahkan orang kalau mau berganti kendaraan. Orang-orangnya pun lebih tertib dalam berkendara.
 
Tiang monorail Kuala Lumpur



Akhirnya setelah berkeliling mencari jalan. Gedung yang tampak sangat kokoh itu sudah ada di depan kita. Sebagai anak kampung, saya tidak bisa berpura-pura untuk tidak mengagumi. Saya belum pernah melihat bangunan setinggi ini sebelumnya. Gedung itu tampak bersinar terang saat terkena sinar matahari karena di dominasi warna perak. Pertanyaan norak saya adalah, bagaimana caranya membangun gedung setinggi itu.


Menara Petronas adalah gedung tertinggi di dunia sampai dengan tahun 2004 sebelum dikalahkan oleh Taipei 101. Tetapi sampai sekarang menara ini masih menjadi menara kembar tertinggi di dunia. Menara Petronas dirancang oleh arsitek Cesar Pelli asal Argentina dan mulai dibangun pada tahun 1998. Menghabiskan waktu kurang lebih selama tujuh tahun. 

Menara yang terdiri dari 88 lantai ini banyak dibuat dari beton bertulang dengan eksterior bangunan dari besi dan kaca yang dirancang untuk menyerupai motif kesenian Islam yang merupakan agama terbesar di Malaysia. Menara yang satu sepenuhnya digunakan sebagai kantor Petronas dan menara lainnya disewakan kepada umum.



Pada lantai ke 42-43 terdapat jembatan yang menghubungkan antar menaranya. Sebenarnya masyarakat umum boleh naik dan melintasi jembatan tersebut. Tapi karena saya datang pada siang hari tiketnya sudah habis. Karena memang jumlah pengunjungnya dibatasi.


Kita hanya berjalan jalan di bawah gedung dan masuk ke lantai yang paling bawah yang memang di jadikan pusat perbelanjaan, Namanya Suria KLCC. Tidak ada yang kita beli disana. Hanya sekedar melihat-lihat saja. Oh iya yang saya ingat adalah kita sempat makan siang di Suria. Kita makan bakso dan ais bandung. Kok ya jauh-jauh makannya tetap bakso. Kaya di Indonesia ngga ada aja. Kalau ais Bandung saya ngga tau sejarahnya kenapa dinamakann ais bandung. Sepertinya saya belum pernah melihat es semacam itu di Bandung.

ais bandung

Disekitar gedung ini terdapat taman yang cukup luas yang bisa kita gunakan untuk beristirahat dan ngadem sejenak dari panasnya Kuala Lumpur. Di taman terdapat semacam danau buat yang ada air mancur bergeraknya. Tapi sayang waktu kesana air mancurnya masih direnovasi. Selain itu terdapat semacam kolam renang yang bisa dipakai oleh anak-anak untuk berenang.


Saya menyukai kota yang modern dengan gedung-gedung pencakarnya yang tinggi dan trasnsportasinya yang baik. Tapi tidak semua kota itu cocok dijadikan kota metropolitan. Seperti Jogja yang sepertinya tidak cocok dengan gedung-gedung tinggi yang sekarang mulai rame dibangun. Saya lebih menyukai Jogja dengan kesederhanaannya. 

Jakarta yang punya ambisi membangun Menara Jakarta yang katanya akan mengalahkan ketinggian Menara Petronas semoga saja bisa berbenah dan belajar dari ibukota negara tetangga ini. Bukan cuma hanya masalah banyak atau tingginya gedung yang dimiliki, tetapi masalah penataan wilayah juga.



2 comments:

  1. Itu kolam renang anak-anak kalau ada di Indonesia, di malam hari bakal jadi tempat gelandangan mandi ituh.

    ReplyDelete
  2. iya tuh, haha
    apalagi airnya lumayan bersih. disini aja yang kotor bisa buat mandi

    ReplyDelete